Thursday, March 17, 2011

Pesona Alam Jember di Puncak Rembangan




ImageAnda mungkin jenuh akan rutinitas sehari-hari dan ingin rekreasi bersama keluarga? Di Kota Jember terdapat satu tempat wisata yakni wisata Rembangan yang terletak 12 km arah Utara Kota Jember. Di ketinggian 650 meter di atas permukaan laut ini kita bagaikan berada di "menara alam". Dari sini kita bisa mengarahkan mata ke perkebunan kopi dan kakao peninggalan Belanda.

Kalau di Bogor Jawa Barat ada puncak, di Malang ada Prigen (masuk Malang apa Pasuruan yah?) di Jember juga ada tempat wisata seperti itu namanya Rembangan yang ada di desa Kemuning lor Kecamatan Arjasa. Di Rembangan Anda bisa menikmati kesejukan udara dengan suhu 18 sampai 25 derajat Celsius. Hmm, udaranya semilir mengasyikkan. Nuansa hijau khas lereng pegunungan Hyang Argopuro, yang penuh dengan tebing dan ngarai di sekeliling Rembangan juga menyajikan suasana tersendiri.

Di tempat wisata seluas 45,30 hektare itu juga tersedia hotel, area permainan untuk anak-anak dan keluarga, serta kolam renang. "Saat ini kami sedang menggarap pembangunan area perkemahan, rute sepeda gunung, dan berkuda," kata Sekretaris manajer kawasan wisata Rembangan, Sunardi.
Keberadaan kawasan ini sebenarnya sudah lama. Tempat ini dibangun pemerintah kolonial Belanda pada 1937. Dalam catatan sejarah, penggagas dan pelopor pembangunan tempat itu adalah Mr Hofstide, salah seorang penanggung jawab perkebunan kopi dan kakao yang dikuasai pemerintah kolonial Belanda di Jember.
Selain menjadi tempat beristirahat bagi para pengawas perkebunan, Rembangan dijadikan tempat menginap dan berpelesir para pejabat kolonial dari luar kota yang tengah berkunjung ke Jember. Namun, sejak 1945, kawasan wisata itu telah menjadi aset yang dikelola Pemerintah Kabupaten Jember.

Pemerintah Jember sendiri telah banyak mendandani perwajahan kawasan ini. Penginapan dan restoran telah direnovasi. Meski banyak bangunan baru, pemerintah Jember tetap mempertahankan beberapa bangunan dasar, seperti fondasi serta tiang kayu jatinya. "Suasana kamar hotel memang lebih modern, tetapi letaknya tetap dan tidak mengubah pandangan dari dalam kamar ke luar," ujar Sunardi.

Bagi para wisatawan, pengelola menyediakan hotel kelas melati dengan kapasitas 42 kamar. Tarifnya pun tergolong murah, Hanya Rp 125 ribu sampai Rp 225 ribu sehari semalam. Ada juga tiga kamar suite untuk keluarga dengan tarif Rp 1 juta hingga Rp 1,250 juta.

Selain sebagai tempat wisata, tempat ini merupakan tempat favorit untuk acara pertemuan organisasi atau lembaga swasta/pemerintah. Dua buah ruang pertemuan dengan kapasitas 200 hingga 500 orang tersedia di lantai dua hotel itu. Untuk aula kecil, pengelola mematok tarif Rp 300 ribu. Sedangkan aula besar dipatok dengan tarif Rp 600 ribu sehari semalam.
Jika perut lapar, Anda tak perlu bingung karena di sini banyak pilihan menu dengan harga terjangkau. Di sini pengelola memiliki makanan dan minuman khas, yakni pisang agung goreng keju dan teh jahe. "Teh jahe ini racikan kami sendiri. Bahannya kami ambil dari perkebunan yang ada di sekitar sini," kata Sunardi.
Akses menuju Rembangan tergolong mudah dan nyaman. Segala jenis kendaraan bisa melewati jalan yang sudah diaspal. Jika Anda dari Surabaya, Banyuwangi, atau berada di jantung Kota Jember, Anda tinggal menuju ke arah utara sekitar 2 kilometer.

Sayangnya, hingga saat ini di tempat itu belum ada fasilitas koneksi Internet berbayar maupun gratis yang bisa menunjang kegiatan pengunjung. "Kami masih menjajaki kerja sama dengan perusahaan telekomunikasi untuk sambungan Internet. Ada juga rencana membikin warung Internet," kata Sunardi.
Perjalanan menuju kawasan wisata Rembangan sangat menarik. Di sepanjang perjalanan, udara terasa sejuk. Bukan hanya itu, sebelum mencapai puncak, Anda bisa menjumpai area perkebunan buah naga di kanan-kiri jalan.

Kebun seluas 5 hektare ini dikelola Pemerintah Kabupaten Jember. Perkebunan tersebut mulai dibangun pada 2000.
Buah naga hanya berbuah setahun sekali. Namun, masa berbuahnya sangat panjang, yakni sejak Januari hingga Mei. Menurut manajer produksi kebun itu, Muchlis Anas, puncak panen buah naga terjadi pada Februari. "Biasanya menjelang tahun baru Imlek, pembelinya membludak," katanya.

Dalam tradisi penganut Tri Dharma (Buddha, Daisan Laucin, dan Konghucu), buah itu merupakan salah satu persembahan untuk persembahyangan di kelenteng.
Menurut Muchlis, dalam setahun terakhir, para pembeli tidak hanya datang dari Jember, tapi juga Banyuwangi, Malang, Surabaya, dan Tuban.
Kebun buah naga Rembangan ini dikemas dengan konsep agro wisata. Pembeli bisa langsung memetik. "Mereka bisa melihat, memilih, dan mencicipinya," ujar Muchlis.
Di sini, harga per kilogram buah naga bervariasi, tergantung warnanya. Buah naga warna merah-putih biasa dijual Rp 20 ribu per kilogram. Sedangkan yang warna kuning bisa mencapai Rp 75 ribu per kilogram. Adapun yang warna merah dan super-red dijual mencapai Rp 60 ribu per kilogram.
Bukan hanya buah naga. Sekitar 500 meter di atas area kebun buah naga terdapat kebun bunga (nursery) yang dikelola Politeknik Pertanian Jember. Di kebun itu kita bisa menikmati indahnya aneka jenis bunga potong atau bunga krisan serta bermacam jenis anggrek.

Menurut Sekretaris Unit Pelaksana Teknis Kebun Bunga Politeknik Pertanian Jember Lilik Dwi Sularsini, kebun ini didirikan pada 2004. Menempati area seluas 500 meter persegi, kebun ini membudidayakan aneka jenis bunga krisan dan beberapa jenis anggrek.
Aneka jenis bunga krisan dan anggrek itu bisa dibeli dengan harga Rp 7.500 hingga Rp 100 ribu, tergantung jenis dan ukuran besar-kecilnya tanaman. Bagi pembeli di wilayah Jember, pihak pengelola dapat mengantar langsung ke rumah.